
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional Bromo Tengger Semeru berubah dari Balai TN. Bromo Tengger Semeru menjadi Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru tipe B (eselon II B).
A. F I S I K
1. Luas dan Letak
a. Luas kawasan TN-BTS berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.178/Menhut-II/2005 tentang Penetapan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru seluas 50.276,20 Ha.
b. Pembagian Zonasi TN-BTS atas dasar Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor : 68/Kpts/DJ-VI/98 tanggal 4 Mei 1998 adalah :
- Zona Inti : 22.006 Ha.
- Zona Rimba : 23.485,2 Ha.
- Zona Pemanfaatan Intensif : 425 Ha.
- Zona Pemanfaatan Tradisional : 2.360 Ha.
- Zona Rehabilitasi : 2.000 Ha.
c. Secara geografis kawasan TN-BTS terletak antara 7" 54' - 8" 13' Lintang Selatan dan 112" 51' - 113" 04' Bujur Timur.
d. Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan, TN-BTS termasuk dalam 4 (empat) wilayah kabupaten yakni Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang - Propinsi Jawa Timur.
e. Batas kawasan taman nasional :
sebelah barat : Kabupaten Malang meliputi lima wilayah Kecamatan antara lain : Tirtoyudo, Wajak, Poncokusumo, Tumpang dan Jabung.
sebelah timur : Wilayah Kabupaten Probolinggo meliputi Kecamatan Sumber dan Kabupaten Lumajang wilayah Kecamatan Gucialit, Senduro.
sebelah utara : Kabupaten Pasuruan wilayah Kecamatan Tutur, Tosari, Puspo dan Lumbang. Kabupaten Probolinggo wilayah Kecamatan Lumbang dan Sukapura.
sebelah selatan : Kabupaten Malang antara lain wilayah Kec. Ampelgading dan Tirtoyudo, serta Kabupaten Lumajang wilayah Kec. Pronojiwo dan Candipuro.
2. Topografi
Kawasan TN-BTS berada pada ketinggian 750 - 3.676 meter dari permukaan laut, keadaan topografinya bervariasi dari bergelombang dengan lereng yang landai sampai berbukit bahkan bergunung dengan derajat kemiringan yang tegak.
3. Geologi
Berdasarkan peta Geologi Jawa dan Madura skala 1 : 500.000 dari Direktorat Geologi Indonesia tahun 1963, formasi kawasan TN-BTS merupakan hasil gunung api kuarter muda sampai kuarter tua.
4. Tanah
Jenis tanah di TN.BTS berdasarkan peta Tanah Tinjau Propinsi Jawa Timur tahun 1966 adalah regosol dan litosol. Bahan jenis tanah ini adalah abu dan pasir vulkanis intermedier sampai basis dengan sifat permiabilitas sangat rapat dan lapisan teratas sangat peka terhadap erosi. Warna tanah mulai dari kelabu, coklat, coklat kekuning-kuningan sampai putih, dengan tekstur tanah pada umumnya pasir sampai lempung berdebu dengan struktur lepas atau berbutir tunggal serta konsistensinya lepas atau teguh dan keras.
5. I k l i m
Suhu udara di kawasan TN-BTS berkisar antara 5 sampai 22" C. Suhu terendah terjadi pada saat dini hari dipuncak musim kemarau antara 3 ? 5" C bahkan di beberapa tempat sering bersuhu dibawah 0" C (minus). Sedangkan suhu maximum berkisar antara 20" C - 22" C.
Berdasarkan klasifikasi Tipe Iklim Schmidt dan Ferguson (1951), iklim di kawasan TN-BTS termasuk tipe iklim A meliputi daerah Semeru Tenggara, tipe iklim B dengan nilai Q sebesar 14,36 % dan curah hujan rata-rata 6604,4 mm/tahun (Semeru bagian lereng selatan, puncak, dan lereng timur), tipe iklim C meliputi daerah G. Argowulan, Penanjakan, Keciri, Blok Argosari, Ranu Kumbolo sampai G. Jambangan, dan di bagian Laut Pasir, Ngadas, Ranu Pani, Blok Watu Pecah sampai dengan Poncokusumo mempunyai ilkim D dengan nilai Q = 43,86 % dengan curah hujan rata-rata 166 mm/bulan dengan rata-rata hari hujan 9,28 hari/bulan. Kelembaban udara di sekitar Laut Pasir cukup tinggi yaitu maksimal mencapai 90 - 97 % dan minimal 42 - 45 % dengan tekanan udara 1007 - 1015,7 mm Hg.
6. Hidrologi
Tercatat lebih dari 50 (lima puluh) sungai dan 4 (empat) ranu/danau di dalam kawasan TN-BTS yakni Ranu Pani, Darungan, Regulo, dan Kumbolo. TN-BTS mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengaturan tata air untuk daerah sekitarnya, karena keberadaan mata air dari kawasan TN-BTS dapat memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat di beberapa desa juga mampu memenuhi kebutuhan air untuk keperluan pertanian dan pembangkit tenaga listrik.
B. BIOLOGI
1. Ekosistem
a. Ekosistem Daratan
Ekosistem daratan yang ada di TN.BTS pada umumnya berupa hutan, meskipun demikian dapat dijumpai tipe-tipe khusus seperti Laut Pasir dan ekosistem puncak gunung (Bromo dan Semeru).
Berdasarkan perbedaan tinggi tempat dan perbedaan suhu, formasi hutan TN-BTS dibagi menjadi 3 tiga zona antara lain :
1. Zona Sub Montane (750 - 1.500 m. dlp)
Pada zona ini secara keseluruhan tergolong tipe hutan hujan tropis dataran rendah sampai pegunungan dengan tingkat keanekaragaman jenis dan kerapatan yang paling tinggi. Formasi ini merupakan hutan primer dan bisa dijumpai di kawasan TN-BTS bagian Semeru Selatan, Semeru Timur (Burno) dan Semeru Barat (Patok Picis). Kawasan ini termasuk dalam Zona inti TN-BTS. Pada zona ini lapisan tajuk didominasi oleh jenis-jenis dari famili Fagaceae, Moraceae, Anacardiaceae, Sterculiaceae dan Rubiaceae. Jenis tumbuhan bawah dan liana sangat melimpah, antara lain terdiri dari berbagai genus Calamus, Piper, Asplenium, dan Begonia, serta famili Anacardiaceae, Araceae, Poaceae dan Zingiberaceae. Disamping potensi tersebut diatas, pada zona ini terdapat ekosistem hutan bambu yang cukup luas ( 500 ha), serta merupakan habitat berbagai jenis anggrek alam baik yang tumbuh sebagai epifit maupun terrestrial; beberapa diantaranya merupakan species langka yang perlu mendapat perhatian khusus.
2. Zona Montane (1.500 - 2.400 m. dpl)
Dominasi jenis yang terdapat pada zona montane merupakan tumbuhan pioner yang tidak dapat hidup di bawah tajuk yang tertutup. Secara umum jenis pohon yang mudah dijumpai di zona ini antara lain : cemara (Casuarina junghuhniana), mentigi (Vaccinium varingifolium), kemlandingan gunung (Albizzia lophanta), akasia (Acacia decurrens), serta tumbuhan bawah seperti tanah layu/edelweiss (Anaphalis longifolia), senduro (Anaphalis javanica), alang-alang (Imperata cylindrica), paku-pakuan (Pteris sp.), rumput merakan (Themeda sp.), dan calingan (Centella asiatica.).Jenis cemara (Casuarina junghuhniana) di beberapa tempat/blok merupakan jenis pohon yang sangat dominan sehingga membentuk ekosistem hutan yang homogen (Blok Cemorokandang, Arcopodo).
Laut Pasir Tengger ditumbuhi oleh vegetasi yang tahan terhadap kondisi alam pegunungan serta pengaruh asap belerang yang keluar dari kawah Gunung Bromo, seperti: cemara gunung, mentigi, kemlandingan gunung, akasia (Acacia decurrens), serta tumbuhan bawah seperti tanah layu/edelweiss, senduro (Anaphalis javanica), alang-alang, paku-pakuan (Pteris sp.), rumput merakan (Themeda sp.), adas (Foeniculum vulgare) dll. Selain itu TN.BTS merupakan habitat anggrek tanah yang endemik yaitu Habenaria tosariensis.
3. Zona Sub Alpin (2.400 m dpl. keatas)
Pada zona ini ditumbuhi pohon-pohon yang kerdil pertumbuhannya dan miskin jenis. Jenis yang dominan pada ketinggian ini adalah mentigi (Vaccinium varingifolium), dan cemara gunung (Casuarina junghuhniana). Di beberapa tempat juga dapat dijumpai kemlandingan gunung (Albizzia lophanta), dan bunga edelweiss (Anaphalis longifolia).Di Gunung Semeru pada ketinggian lebih dari 3.100 m dpl. kondisinya merupakan hamparan abu, pasir, dan batuan, tanpa vegetasi sama sekali.
b. Ekosistem Perairan
Di dalam kawasan TN.BTS terdapat 4 buah danau (Ranu ), 3 buah Air terjun dan beberapa Sungai. Sebuah telaga terletak pada ketinggian 900 mdpl yaitu Ranu Darungan (Pronojiwo, Lumajang) dan 3 lainnya diatas ketinggian 2000 mdpl yatiu Ranu Pani dan Ranu Regulo ( Ds. Ranu Pani ) serta Ranu Kumbolo (Lereng Gn. Semeru). sedangkan air terjun terdapat di Coban Trisula dan Ngadas.
2. Flora
Berdasarkan hasil inventarisasi yang telah dilaksanakan di beberapa blok kawasan TN-BTS tercatat 1.025 jenis flora, dimana 226 diantaranya merupakan famili Orchidaceae (Anggrek) yang memiliki nilai ilmiah tinggi, serta 260 tanaman obat-obatan/tanaman hias. Jenis yang banyak terdapat di kawasan TN-BTS antara lain : Casuarina junghuhniana, Albizzia lophanta, Acacia decurrens, Quercus sp, Eupatorium pallescens, Crotalaria striata, Anaphalis javanica, Anaphalis longifolia, Foeniculum vulgare, Vaccinium varingifolium, Styphellia pungeus, Sphagum sp, Mimosa sp, Pragmatis herba, Myrisca sp, dll.
Dari famili anggrek di blok Semeru Selatan dijumpai 158 jenis, 40 jenis diantaranya tergolong anggrek langka dimana 3 jenis merupakan anggrek langka endemik jawa, 15 jenis endemik Jawa Timur (2 jenis diataranya belum tergolong langka) dan 3 jenis anggrek langka merupakan jenis khas Semeru Selatan (TN-BTS) yaitu : Malaxis purpureonervosa, Meleola wetteana, dan Liparis rhodocila. Selain itu terdapat pula Corybas fornicatus (anggrek mutiara merah) dan Macodes petola merupakan anggrek yang dilindungi Undang-undang. Di samping jenis-jenis di atas terdapat pula jenis tumbuhan pegunungan Tengger di antaranya pakis uling (Cyathea tenggeriensis), putihan (Buddleja asiatica), senduro (Anaphalis sp.) dan anting-anting (Fuchsia magallanica).
3. Fauna
Sampai saat ini di kawasan TN-BTS belum diketemukan adanya jenis satwa liar yang endemik. Dari hasil inventarisasi terakhir tahun 1996 dan informasi, di TN BTS terdapat 158 jenis satwa liar yang terdiri dari klass mamalia 22 jenis (15 jenis dilindungi Undang-undang), aves 130 jenis (27 jenis dilindungi Undang-undang) dan Reptilia 6 jenis.
Potensi fauna yang terdapat di TN-BTS relatif kecil baik dari jumlah jenis maupun kerapatannya. Dari 15 jenis mamalia yang dilindungi antara lain adalah : babi hutan (Sus scrofa), kijang (Muntiacus muntjak), macan tutul (Panthera pardus), trenggiling (Manis javanica), landak (Hystrix brachyura), budeng (Presbytis cristata) dan beberapa jenis mamalia kecil lainnya. Jenis-jenis burung yang dapat ditemukan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah rangkong (Rhycticeros undulatus), bido (Spilornis cheela), paok ekor biru (Pitta guajana) dan belibis (Anas superciliosa) yang hidup di Ranu Pani, Ranu Kumbolo, Ranu Regulo dan Ranu Darungan. Sedangkan klas aves yang dilindungi undang-undang antara lain Haliuastur indus, Falco mauccensis, Pavo muticus, Halcyon cyanopventris, Pericrocatus miniatus, dan Parus mayor.
B.Sejarah kawasan
Potensi ekosistem atau kekayaan alam yang melatarbelakangi ditunjuknya kawasan Bromo Tengger Semeru sebagai Taman Nasional adalah :
1. Fenomena atau gejala alam yang unik yaitu berupa aktivitas gunung berapi (Gunung Tengger) yang saat ini telah berubah menjadi 5 (lima) buah gunung yaitu : G. Bromo (2.392 m dpl.), G. Batok (2.440 m dpl), G. Widodaren (2.614 m dpl.), G. Watangan (2.601 m dpl.) dan G. Kursi (2.581 m dpl.), serta Laut Pasir yang luas sebagai akibat letusan Gunung Tengger tersebut. Disamping itu adanya G. Semeru yang merupakan gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa yang sampai saat ini masih aktif .
2. Flora langka endemik yaitu dari famili Orchidaceae terdapat 40 jenis anggrek langka, 15 jenis diantaranya endemik Jawa Timur, dan 3 jenis anggrek langka endemik Semeru Selatan (TN-BTS) yang merupakan anggrek yang dilindungi Undang-undang.
3. Potensi hidrologis yaitu sebagai daerah tangkapan air bagi DAS - DAS penting di Jawa Timur yaitu antara lain DAS Brantas dan Sampeyan Madura. Potensi hidrologis ini amat menonjol sebagai penyangga sistem kehidupan.
Pada mulanya Taman Nasional Bromo Tengger Semeru berdasarkan fungsinya terdiri dari kawasan komplek Pegunungan Tengger dan Jambangan/Semeru, terbagi atas kawasan hutan Suaka Alam, Hutan Wisata, Hutan Lindung dan Hutan Produksi. Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam IV (BKSDA IV), sedangkan Hutan Lindung dan Hutan Produksi dikelola oleh Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Perincian luas kawasan tersebut sebagai berikut :
a. Cagar Alam Laut Pasir Tengger seluas 5.250 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda tanggal 21 Pebruari 1919 No. 6 Stbl. 1919 No.90.
b. Cagar Alam Ranu Kumbolo seluas 1.340 ha, ditunjuk dengan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda tanggal 4 Mei 1936 No. 18 Stbl. 1936 No. 209.
c. Cagar Alam Ranu Pani dan Ranu Regulo seluas 96 hektar, ditunjuk berdasarkan SK. Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 8 Desember 1922 No.25 Stbl. 1922 no. 765, dan selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 442/Kpts/Um/6/1981 tanggal 12 Juni 1981 dirubah statusnya menjadi Taman Wisata Ranu Pani-Regulo.
d. Taman Wisata Ranu Darungan seluas 380 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
508/Kpts/Um/6/1981 tanggal 21 Mei 1981.
e. Taman Wisata Tengger Laut Pasir seluas 2,67 hektar, merupakan perubahan status dari Cagar Alam Tengger Laut Pasir, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 198/Kpts/Um/5/1981 tanggal 13 Maret 1981.
f. Hutan Produksi dan Hutan Lindung yang dikelola Perum Perhutani Unit II Jawa Timur seluas 43.210,20 hektar.
Sejarah Penetapan Taman Nasional :
a. Pernyataan :
Pada Penyelenggaraan Konggres Taman Nasional se-Dunia ke-III di Denpasar Bali, Menteri pertanian menyatakan dataran tinggi bromo Tengger dan semeru seluas 58.000 ha sebagai Taman Nasional bersamaan dengan 12 taman nasional lainnya, dengan SK No. 736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982.
b. Penunjukan :
Selanjutnya pada tanggal 12 Mei 1997, Menteri Kehutanan menunjuk kawasan tersebut sebagai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru seluas 50.276,20 ha melalui Surat Penunjukan
No. 278/Kpts-VI/1997.
c. Penetapan :
Pada tahun 2005, tepatnya tanggal 29 Juni 2005, Menteri Kehutanan menetapkan secara definitif Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru beserta batas-batas yang ada di lapangan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.178/Menhut-II/2005 tentang Penetapan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru seluas 50.276,20 Ha yang terletak di Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
Sejarah Institusi Kelembagaan :
a. Sejak dinyatakan sebagai Taman Nasional pada tahun 1982, kawasan bromo Tengger Semeru telah dikelola dengan sistem Taman Nasional oleh Balai KSDA IV Malang melalui Proyek pengembangan Suaka Alam dan Hutan Wisata/ Taman Nasional Bromo Tengger Semeru hingga tahun 1992.
b. Pada tahun 1992, untuk mengelola TNBTS dibentuk UPT TNBTS yang dikepalai oleh seorang kepala Taman Nasional terpisah dari Balai KSDA IV Malang (SK menhut No. 1049/Kpts-II/1992 tanggal 12 Nopember 1992.
c. Pada Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997 Struktur Organisasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru mengalami perubahan menjadi Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 6186/Kpts-II/2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan menteri Kehutanan Nomor P.29/menhut-II/2006.
d. Perkembangan terakhir Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru berubah struktur organisasinya menjadi Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Tipe B berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007.
POTENSI PARIWISATA
1 POTENSI OBYEK WISATA ALAM DI TN. BTS
Obyek Wisata Alam yang Sudah Berkembang di TN.BTS
a. Komplek Gunung Semeru

Tidak ada komentar:
Posting Komentar