01 Maret 2009

Bromo Tengger Semeru National Park

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan salah satu Taman Nasional Model di Indonesia dengan icon wisata alam dan jasa lingkungan. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki pesona alam yang tak tertandingi keindahannya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional Bromo Tengger Semeru berubah dari Balai TN. Bromo Tengger Semeru menjadi Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru tipe B (eselon II B).
A. F I S I K 1. Luas dan Letak a. Luas kawasan TN-BTS berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.178/Menhut-II/2005 tentang Penetapan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru seluas 50.276,20 Ha. b. Pembagian Zonasi TN-BTS atas dasar Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor : 68/Kpts/DJ-VI/98 tanggal 4 Mei 1998 adalah : - Zona Inti : 22.006 Ha. - Zona Rimba : 23.485,2 Ha. - Zona Pemanfaatan Intensif : 425 Ha. - Zona Pemanfaatan Tradisional : 2.360 Ha. - Zona Rehabilitasi : 2.000 Ha. c. Secara geografis kawasan TN-BTS terletak antara 7" 54' - 8" 13' Lintang Selatan dan 112" 51' - 113" 04' Bujur Timur. d. Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan, TN-BTS termasuk dalam 4 (empat) wilayah kabupaten yakni Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang - Propinsi Jawa Timur. e. Batas kawasan taman nasional : sebelah barat : Kabupaten Malang meliputi lima wilayah Kecamatan antara lain : Tirtoyudo, Wajak, Poncokusumo, Tumpang dan Jabung. sebelah timur : Wilayah Kabupaten Probolinggo meliputi Kecamatan Sumber dan Kabupaten Lumajang wilayah Kecamatan Gucialit, Senduro. sebelah utara : Kabupaten Pasuruan wilayah Kecamatan Tutur, Tosari, Puspo dan Lumbang. Kabupaten Probolinggo wilayah Kecamatan Lumbang dan Sukapura. sebelah selatan : Kabupaten Malang antara lain wilayah Kec. Ampelgading dan Tirtoyudo, serta Kabupaten Lumajang wilayah Kec. Pronojiwo dan Candipuro. 2. Topografi Kawasan TN-BTS berada pada ketinggian 750 - 3.676 meter dari permukaan laut, keadaan topografinya bervariasi dari bergelombang dengan lereng yang landai sampai berbukit bahkan bergunung dengan derajat kemiringan yang tegak. 3. Geologi Berdasarkan peta Geologi Jawa dan Madura skala 1 : 500.000 dari Direktorat Geologi Indonesia tahun 1963, formasi kawasan TN-BTS merupakan hasil gunung api kuarter muda sampai kuarter tua. 4. Tanah Jenis tanah di TN.BTS berdasarkan peta Tanah Tinjau Propinsi Jawa Timur tahun 1966 adalah regosol dan litosol. Bahan jenis tanah ini adalah abu dan pasir vulkanis intermedier sampai basis dengan sifat permiabilitas sangat rapat dan lapisan teratas sangat peka terhadap erosi. Warna tanah mulai dari kelabu, coklat, coklat kekuning-kuningan sampai putih, dengan tekstur tanah pada umumnya pasir sampai lempung berdebu dengan struktur lepas atau berbutir tunggal serta konsistensinya lepas atau teguh dan keras. 5. I k l i m Suhu udara di kawasan TN-BTS berkisar antara 5 sampai 22" C. Suhu terendah terjadi pada saat dini hari dipuncak musim kemarau antara 3 ? 5" C bahkan di beberapa tempat sering bersuhu dibawah 0" C (minus). Sedangkan suhu maximum berkisar antara 20" C - 22" C. Berdasarkan klasifikasi Tipe Iklim Schmidt dan Ferguson (1951), iklim di kawasan TN-BTS termasuk tipe iklim A meliputi daerah Semeru Tenggara, tipe iklim B dengan nilai Q sebesar 14,36 % dan curah hujan rata-rata 6604,4 mm/tahun (Semeru bagian lereng selatan, puncak, dan lereng timur), tipe iklim C meliputi daerah G. Argowulan, Penanjakan, Keciri, Blok Argosari, Ranu Kumbolo sampai G. Jambangan, dan di bagian Laut Pasir, Ngadas, Ranu Pani, Blok Watu Pecah sampai dengan Poncokusumo mempunyai ilkim D dengan nilai Q = 43,86 % dengan curah hujan rata-rata 166 mm/bulan dengan rata-rata hari hujan 9,28 hari/bulan. Kelembaban udara di sekitar Laut Pasir cukup tinggi yaitu maksimal mencapai 90 - 97 % dan minimal 42 - 45 % dengan tekanan udara 1007 - 1015,7 mm Hg. 6. Hidrologi Tercatat lebih dari 50 (lima puluh) sungai dan 4 (empat) ranu/danau di dalam kawasan TN-BTS yakni Ranu Pani, Darungan, Regulo, dan Kumbolo. TN-BTS mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengaturan tata air untuk daerah sekitarnya, karena keberadaan mata air dari kawasan TN-BTS dapat memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat di beberapa desa juga mampu memenuhi kebutuhan air untuk keperluan pertanian dan pembangkit tenaga listrik. B. BIOLOGI 1. Ekosistem a. Ekosistem Daratan Ekosistem daratan yang ada di TN.BTS pada umumnya berupa hutan, meskipun demikian dapat dijumpai tipe-tipe khusus seperti Laut Pasir dan ekosistem puncak gunung (Bromo dan Semeru). Berdasarkan perbedaan tinggi tempat dan perbedaan suhu, formasi hutan TN-BTS dibagi menjadi 3 tiga zona antara lain : 1. Zona Sub Montane (750 - 1.500 m. dlp) Pada zona ini secara keseluruhan tergolong tipe hutan hujan tropis dataran rendah sampai pegunungan dengan tingkat keanekaragaman jenis dan kerapatan yang paling tinggi. Formasi ini merupakan hutan primer dan bisa dijumpai di kawasan TN-BTS bagian Semeru Selatan, Semeru Timur (Burno) dan Semeru Barat (Patok Picis). Kawasan ini termasuk dalam Zona inti TN-BTS. Pada zona ini lapisan tajuk didominasi oleh jenis-jenis dari famili Fagaceae, Moraceae, Anacardiaceae, Sterculiaceae dan Rubiaceae. Jenis tumbuhan bawah dan liana sangat melimpah, antara lain terdiri dari berbagai genus Calamus, Piper, Asplenium, dan Begonia, serta famili Anacardiaceae, Araceae, Poaceae dan Zingiberaceae. Disamping potensi tersebut diatas, pada zona ini terdapat ekosistem hutan bambu yang cukup luas ( 500 ha), serta merupakan habitat berbagai jenis anggrek alam baik yang tumbuh sebagai epifit maupun terrestrial; beberapa diantaranya merupakan species langka yang perlu mendapat perhatian khusus. 2. Zona Montane (1.500 - 2.400 m. dpl) Dominasi jenis yang terdapat pada zona montane merupakan tumbuhan pioner yang tidak dapat hidup di bawah tajuk yang tertutup. Secara umum jenis pohon yang mudah dijumpai di zona ini antara lain : cemara (Casuarina junghuhniana), mentigi (Vaccinium varingifolium), kemlandingan gunung (Albizzia lophanta), akasia (Acacia decurrens), serta tumbuhan bawah seperti tanah layu/edelweiss (Anaphalis longifolia), senduro (Anaphalis javanica), alang-alang (Imperata cylindrica), paku-pakuan (Pteris sp.), rumput merakan (Themeda sp.), dan calingan (Centella asiatica.).Jenis cemara (Casuarina junghuhniana) di beberapa tempat/blok merupakan jenis pohon yang sangat dominan sehingga membentuk ekosistem hutan yang homogen (Blok Cemorokandang, Arcopodo). Laut Pasir Tengger ditumbuhi oleh vegetasi yang tahan terhadap kondisi alam pegunungan serta pengaruh asap belerang yang keluar dari kawah Gunung Bromo, seperti: cemara gunung, mentigi, kemlandingan gunung, akasia (Acacia decurrens), serta tumbuhan bawah seperti tanah layu/edelweiss, senduro (Anaphalis javanica), alang-alang, paku-pakuan (Pteris sp.), rumput merakan (Themeda sp.), adas (Foeniculum vulgare) dll. Selain itu TN.BTS merupakan habitat anggrek tanah yang endemik yaitu Habenaria tosariensis. 3. Zona Sub Alpin (2.400 m dpl. keatas) Pada zona ini ditumbuhi pohon-pohon yang kerdil pertumbuhannya dan miskin jenis. Jenis yang dominan pada ketinggian ini adalah mentigi (Vaccinium varingifolium), dan cemara gunung (Casuarina junghuhniana). Di beberapa tempat juga dapat dijumpai kemlandingan gunung (Albizzia lophanta), dan bunga edelweiss (Anaphalis longifolia).Di Gunung Semeru pada ketinggian lebih dari 3.100 m dpl. kondisinya merupakan hamparan abu, pasir, dan batuan, tanpa vegetasi sama sekali. b. Ekosistem Perairan Di dalam kawasan TN.BTS terdapat 4 buah danau (Ranu ), 3 buah Air terjun dan beberapa Sungai. Sebuah telaga terletak pada ketinggian 900 mdpl yaitu Ranu Darungan (Pronojiwo, Lumajang) dan 3 lainnya diatas ketinggian 2000 mdpl yatiu Ranu Pani dan Ranu Regulo ( Ds. Ranu Pani ) serta Ranu Kumbolo (Lereng Gn. Semeru). sedangkan air terjun terdapat di Coban Trisula dan Ngadas. 2. Flora Berdasarkan hasil inventarisasi yang telah dilaksanakan di beberapa blok kawasan TN-BTS tercatat 1.025 jenis flora, dimana 226 diantaranya merupakan famili Orchidaceae (Anggrek) yang memiliki nilai ilmiah tinggi, serta 260 tanaman obat-obatan/tanaman hias. Jenis yang banyak terdapat di kawasan TN-BTS antara lain : Casuarina junghuhniana, Albizzia lophanta, Acacia decurrens, Quercus sp, Eupatorium pallescens, Crotalaria striata, Anaphalis javanica, Anaphalis longifolia, Foeniculum vulgare, Vaccinium varingifolium, Styphellia pungeus, Sphagum sp, Mimosa sp, Pragmatis herba, Myrisca sp, dll. Dari famili anggrek di blok Semeru Selatan dijumpai 158 jenis, 40 jenis diantaranya tergolong anggrek langka dimana 3 jenis merupakan anggrek langka endemik jawa, 15 jenis endemik Jawa Timur (2 jenis diataranya belum tergolong langka) dan 3 jenis anggrek langka merupakan jenis khas Semeru Selatan (TN-BTS) yaitu : Malaxis purpureonervosa, Meleola wetteana, dan Liparis rhodocila. Selain itu terdapat pula Corybas fornicatus (anggrek mutiara merah) dan Macodes petola merupakan anggrek yang dilindungi Undang-undang. Di samping jenis-jenis di atas terdapat pula jenis tumbuhan pegunungan Tengger di antaranya pakis uling (Cyathea tenggeriensis), putihan (Buddleja asiatica), senduro (Anaphalis sp.) dan anting-anting (Fuchsia magallanica). 3. Fauna Sampai saat ini di kawasan TN-BTS belum diketemukan adanya jenis satwa liar yang endemik. Dari hasil inventarisasi terakhir tahun 1996 dan informasi, di TN BTS terdapat 158 jenis satwa liar yang terdiri dari klass mamalia 22 jenis (15 jenis dilindungi Undang-undang), aves 130 jenis (27 jenis dilindungi Undang-undang) dan Reptilia 6 jenis. Potensi fauna yang terdapat di TN-BTS relatif kecil baik dari jumlah jenis maupun kerapatannya. Dari 15 jenis mamalia yang dilindungi antara lain adalah : babi hutan (Sus scrofa), kijang (Muntiacus muntjak), macan tutul (Panthera pardus), trenggiling (Manis javanica), landak (Hystrix brachyura), budeng (Presbytis cristata) dan beberapa jenis mamalia kecil lainnya. Jenis-jenis burung yang dapat ditemukan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah rangkong (Rhycticeros undulatus), bido (Spilornis cheela), paok ekor biru (Pitta guajana) dan belibis (Anas superciliosa) yang hidup di Ranu Pani, Ranu Kumbolo, Ranu Regulo dan Ranu Darungan. Sedangkan klas aves yang dilindungi undang-undang antara lain Haliuastur indus, Falco mauccensis, Pavo muticus, Halcyon cyanopventris, Pericrocatus miniatus, dan Parus mayor. B.Sejarah kawasan Potensi ekosistem atau kekayaan alam yang melatarbelakangi ditunjuknya kawasan Bromo Tengger Semeru sebagai Taman Nasional adalah : 1. Fenomena atau gejala alam yang unik yaitu berupa aktivitas gunung berapi (Gunung Tengger) yang saat ini telah berubah menjadi 5 (lima) buah gunung yaitu : G. Bromo (2.392 m dpl.), G. Batok (2.440 m dpl), G. Widodaren (2.614 m dpl.), G. Watangan (2.601 m dpl.) dan G. Kursi (2.581 m dpl.), serta Laut Pasir yang luas sebagai akibat letusan Gunung Tengger tersebut. Disamping itu adanya G. Semeru yang merupakan gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa yang sampai saat ini masih aktif . 2. Flora langka endemik yaitu dari famili Orchidaceae terdapat 40 jenis anggrek langka, 15 jenis diantaranya endemik Jawa Timur, dan 3 jenis anggrek langka endemik Semeru Selatan (TN-BTS) yang merupakan anggrek yang dilindungi Undang-undang. 3. Potensi hidrologis yaitu sebagai daerah tangkapan air bagi DAS - DAS penting di Jawa Timur yaitu antara lain DAS Brantas dan Sampeyan Madura. Potensi hidrologis ini amat menonjol sebagai penyangga sistem kehidupan. Pada mulanya Taman Nasional Bromo Tengger Semeru berdasarkan fungsinya terdiri dari kawasan komplek Pegunungan Tengger dan Jambangan/Semeru, terbagi atas kawasan hutan Suaka Alam, Hutan Wisata, Hutan Lindung dan Hutan Produksi. Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam IV (BKSDA IV), sedangkan Hutan Lindung dan Hutan Produksi dikelola oleh Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Perincian luas kawasan tersebut sebagai berikut : a. Cagar Alam Laut Pasir Tengger seluas 5.250 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda tanggal 21 Pebruari 1919 No. 6 Stbl. 1919 No.90. b. Cagar Alam Ranu Kumbolo seluas 1.340 ha, ditunjuk dengan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda tanggal 4 Mei 1936 No. 18 Stbl. 1936 No. 209. c. Cagar Alam Ranu Pani dan Ranu Regulo seluas 96 hektar, ditunjuk berdasarkan SK. Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 8 Desember 1922 No.25 Stbl. 1922 no. 765, dan selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 442/Kpts/Um/6/1981 tanggal 12 Juni 1981 dirubah statusnya menjadi Taman Wisata Ranu Pani-Regulo. d. Taman Wisata Ranu Darungan seluas 380 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 508/Kpts/Um/6/1981 tanggal 21 Mei 1981. e. Taman Wisata Tengger Laut Pasir seluas 2,67 hektar, merupakan perubahan status dari Cagar Alam Tengger Laut Pasir, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 198/Kpts/Um/5/1981 tanggal 13 Maret 1981. f. Hutan Produksi dan Hutan Lindung yang dikelola Perum Perhutani Unit II Jawa Timur seluas 43.210,20 hektar. Sejarah Penetapan Taman Nasional : a. Pernyataan : Pada Penyelenggaraan Konggres Taman Nasional se-Dunia ke-III di Denpasar Bali, Menteri pertanian menyatakan dataran tinggi bromo Tengger dan semeru seluas 58.000 ha sebagai Taman Nasional bersamaan dengan 12 taman nasional lainnya, dengan SK No. 736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982. b. Penunjukan : Selanjutnya pada tanggal 12 Mei 1997, Menteri Kehutanan menunjuk kawasan tersebut sebagai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru seluas 50.276,20 ha melalui Surat Penunjukan No. 278/Kpts-VI/1997. c. Penetapan : Pada tahun 2005, tepatnya tanggal 29 Juni 2005, Menteri Kehutanan menetapkan secara definitif Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru beserta batas-batas yang ada di lapangan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.178/Menhut-II/2005 tentang Penetapan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru seluas 50.276,20 Ha yang terletak di Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Sejarah Institusi Kelembagaan : a. Sejak dinyatakan sebagai Taman Nasional pada tahun 1982, kawasan bromo Tengger Semeru telah dikelola dengan sistem Taman Nasional oleh Balai KSDA IV Malang melalui Proyek pengembangan Suaka Alam dan Hutan Wisata/ Taman Nasional Bromo Tengger Semeru hingga tahun 1992. b. Pada tahun 1992, untuk mengelola TNBTS dibentuk UPT TNBTS yang dikepalai oleh seorang kepala Taman Nasional terpisah dari Balai KSDA IV Malang (SK menhut No. 1049/Kpts-II/1992 tanggal 12 Nopember 1992. c. Pada Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997 Struktur Organisasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru mengalami perubahan menjadi Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 6186/Kpts-II/2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan menteri Kehutanan Nomor P.29/menhut-II/2006. d. Perkembangan terakhir Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru berubah struktur organisasinya menjadi Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Tipe B berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007. POTENSI PARIWISATA 1 POTENSI OBYEK WISATA ALAM DI TN. BTS Obyek Wisata Alam yang Sudah Berkembang di TN.BTS a. Komplek Gunung Semeru Gunung Semeru merupakan gunung berapi tertinggi ( 3.676 mdpl) di Pulau Jawa. Dikalangan pecinta alam baik pendaki lokal, regional, nasional, bahkan pendaki dari luar negeri (terutama Prancis) Gunung Semeru merupakan sasaran pendakian sepanjang tahun. Bahkan pada beberapa tahun terakhir setiap tanggal 17 Agustus Gn. Semeru dikunjungi ribuan pendaki. Beberapa obyek di sepanjang rute menuju Gn. Semeru yang biasa dilalui pendaki adalah : - Ranu Kumbolo Ranu Kumbolo (8 ha) terletak pada ketinggian 2390 m. dpl. antara Ranu Pani dan G. Semeru. Ranu Kumbolo hingga saat ini merupakan potensi obyek wisata yang menarik, di pinggir sebelah barat danau terdapat prasasti peninggalan purbakala. Ranu Kumbolo merupakan tempat pemberhentian/istrirahat sambil mempersiapkan perjalanan berikutnya. - Kalimati Kalimati merupakan tempat berkemah terakhir bagi para pendaki sebelum melanjutkan perjalanannya menuju puncak Mahameru. Tempat ini biasa digunakan beristirahat dikarenakan terdapat sumber air (Sumber Mani) yang berjarak sekitar 500 Km dari Kalimati. - Arcopodo Arcopodo/Recopodo terletak pada pertengahan Kalimati dan Gunung Semeru. Di tempat ini terdapat dua buah arca kembar yang dalam bahasa Jawa dinamakan arco podo/reco podo. Tempat ini sering pula dimanfaatkan pendaki untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya ke puncak Mahameru. - Padang Rumput Jambangan Daerah padang rumput ini terletak di atas 3200 mdpl, merupakan padang rumput yang diselang-selingi tumbuhan cemara, mentigi dan bunga Edelwis. Di tempat ini para pendaki maupun fotografer sering mengabadikan atraksi keunikan dan gejala alam gunung api yang selalu mengeluarkan asap dan debu. - Oro - Oro Ombo Daerah ini merupakan padang rumput yang luasnya sekitar 100 ha berada pada sebuah lembah yang dikelilingi bukit-bukit gundul mirip sebuah mangkok berisikan hamparan rumput yang berwarna kekuning-kuningan yang berlokasi di bagian atas dari tebing yang bersatu mengelilingi Ranu Kumbolo. - Cemoro Kandang Kelompok hutan cemorokandang termasuk gugusan Gunung Kepolo (3.095 m), terletak di sebelah selatan padang rumput Oro-Oro Ombo. Merupakan hutan yang didominasi pohon cemara (Casuarina junghuhniana) dan paku-pakuan. - Pangonan Cilik Pangonan cilik merupakan kawasan padang rumput yang terletak di lembah Gunung Ayek-Ayek yang letaknya tidak jauh dari Ranu Gumbolo. Daya tarik dari kawasan ini adalah merupakan lapangan yang relatif datar di tengah-tengah kawasan yang di sekitarnya dengan konfigurasi berbukit-bukit gundul yang bercirikan rumput sebagai type ekosistem asli. b. Komplek Bromo Tengger - Kaldera Tengger. Daya tarik utama TN-BTS adalah gejala alam yang unik dan spektakuler yang dapat dinikmati dan didekati dengan mudah. Kaldera Tengger dengan 5 (lima) buah gunung yang berada didalamnya merupakan daya tarik tersendiri, termasuk kisah geologi terbentuknya gunung-gunung tersebut. - Gunung Bromo Daya tarik gunung ini adalah merupakan gunung yang masih aktif dan dapat dengan mudah didaki/dikunjungi. Kekhasan gejala alam yang tidak ditemukan ditempat lain adalah adanya kawah ditengah kawah (creater in the creater) dengan hamparan laut pasir yang mengelilinginya. Gunung ini juga merupakan tempat bagi berlangsungnya acara puncak upacara ritual masyarakat Tengger (Kasada). Sejarah letusan Selama abad ke-20, gunung yang terkenal sebagai tempat wisata itu meletus sebanyak tiga kali, dengan interval waktu yang teratur, yaitu 30 tahun. Letusan terbesar terjadi 1974, sedangkan letusan terakhir terjadi pada 2004.Sejarah letusan Bromo: 2004, 2000, 1995, 1984, 1983, 1980, 1972, 1956, 1955, 1950, 1948, 1040, 1939, 1935, 1930, 1929, 1928, 1922, 1921, 1915, 1916, 1910, 1909, 1907, 1908, 1907, 1906, 1907, 1896, 1893, 1890, 1888, 1886, 1887, 1886, 1885, 1886, 1885, 1877, 1867, 1868, 1866, 1865, 1865, 1860, 1859, 1858, 1858, 1857, 1856, 1844, 1843, 1843, 1835, 1830, 1830, 1829, 1825, 1822, 1823, 1820, 1815, 1804, 1775, dan 1767. - Gua/Gunung Widodaren Gunung/gua Widodaren ini letaknya disebelah Gunung Batok dan merupakan potensi obyek wisata yang mempunyai daya tarik tersendiri. Salah satu daya tarik obyek ini adalah bahwa lokasi ini merupakan tempat keramat berupa gua dan sumber air suci. - Gunung Batok Gunung Batok terletak di sebelah Gn. Bromo dan menjadi pemandangan yang menyatu dengan Gn Bromo. Daya tarik utama adalah gunung ini merupakan habitat edelweiss. -Gunung Penanjakan Puncak G. Penanjakan merupakan tempat yang tertinggi bila dibandingkan dengan tempat-tempat lainnya di Komplek Pegunungan Tengger. Keindahan alam di bagian bawah seperti panorama laut pasir dengan komplek Gunung Bromo Dsk. yang dilatarbelakangi G. Semeru dapat dilihat di lokasi ini. Dari puncak Penanjakan ini dapat disaksikan/dinikmati pula indahnya matahari terbit di ufuk timur berwarna kekuning-kuningan muncul dari balik perbukitan Obyek Wisata Alam yang Sedang Berkembang/Dikembangkan di TN.BTS 1. Coban Trisula Coban Trisula merupakan air terjun yang berada di blok Kalilajing, Seksi Konservasi Wilayah III. Keunikan dari Coban Trisula adalah air terjun yang memiliki 3 (tiga) anak air terjun, yaitu Coban Atas (air terjun pertama dari curahan sungai/kali Lajing); dibawahnya berupa Coban Tengah (air terjun kedua yang bersumber dari aliran air terjun pertama, di bawahnya terdapat kolam), dan Coban Bawah (air terjun ketiga,bersumber dari aliran Coban Tengah). Selain air terjun, di dalam kawasan Coban Trisula juga terdapat obyek - obyek 2. Gua Widodaren Gua Widodaren merupakan salah satu tempat penting dalam ritual masyarakat Tengger . Menurut kepercayaan masyarakat Tengger air dari sumber tersebut merupakan air suci yang mutlak diperlukan bagi peribadatan mereka, sebagai contoh adalah upacara pengambilan air suci dari Gua Widodaren (Medhak Tirta) yang dilakukan sebelum Upacara Kasada. 3. Sumur Pitu/Gua Lava Sumur lava ini berada di tengah Kaldera Tengger tepatnya di laut pasir Blok Kutho, dari kejauhan tampak seperti tumpukan bata bekas kerajaan. Masyarakat setempat menamakan sumur/gua lava ini sebagai Sumur Pitu. Sumur Pitu/Gua Lava ini terbentuk dari proses geo vulkanik yang merupakan proses dari letusan Gunung Bromo. 4. Pura/Padanyangan Rondo Kuning Pure ini dibangun pada tahun 1996 dan direhabilitasi tahun 2001 oleh Penggelola Pura Mandara Giri Semeru Agung - Senduro bersama-sama dengan umat Hindu di Ranupani. Pure ini merupakan salah satu lokasi rangkaian upacara ritual Hindu di Ranu Pani berbeda dengan rangkaian upacara di Gunung Bromo, namun pada upacara besar (Kasada) salah satu lokasi pengambilan air suci adalah Ranu Pani. 5. Prasasti Ranu Kumbolo Prasasti ini terletak di tepi danau Ranu Kumbolo. Diduga prasasti ini masih terkait dengan peninggalan Kerajaan Majapahit, yang menceritakan perjalanan Mpu Kameswara untuk mencapai kesucian atau kesempurnaan diri. 6. Prasasti Arcopodo Arcopodo/Recopodo terletak diantara Kalimati dan Gunung Semeru. Di tempat ini terdapat dua buah arca kembar yang dalam bahasa Jawa dinamakan arco podo/reco podo. 7. Pure Ngadas Desa Ngadas merupakan enclave TN.BTS. Penduduk asli Ngadas adalah suku Tengger yang mayoritas memeluk agama Hindu. Salah satu tempat peribadatan masyarakat Tengger di Ngadas adalah Pure Ngadas. 8. Vihara Ngadas Selain agama Hindu masyarakat Ngadas juga banyak yang menganut agama lain, salah satu agama yang dianut masyarakat setempat adalah agama Budha dengan aliran Budha Kejawen. Vihara ini merupakan tempat beribadah penganut Budha di Ngadas. Di malam hari dapat didengar lagu pujian terhadap sang Budha . 9. Menanam Pohon di Arboretum Kegiatan ini dapat dilakukan di blok hutan Pusung Bingung dan Gunung Gending yang berada disekitar Ranu Pani dan Regulo yang akan dijadikan sebagai lokasi arboretum. Selain bertujuan untuk rekreasi dan bina cinta alam. Kegiatan tersebut juga dimaksudkan untuk membantu program rehabilitasi kawasan. yang konon memiliki cerita atau legenda terkait seorang tokoh. Dengan dibukanya Coban Trisula sebagai obyek wisata baru di TN.BTS, telah banyak wisatawan yang berkunjung di kawasan tersebut ( dengan retribusi tiket masuk tersendiri). c. Danau Ranu Pani - Regulo Ranu Pani (1 Ha) dan Ranu Regulo (0,75 Ha) merupakan dua dari empat danau yang terdapat di TN-BTS. Fasilitas yang tersedia di Ranu Pani-Regulo antara lain Pondok Pendaki, Pondok Jaga, Pusat Informasi, Pondok Peneliti, MCK, dan Camping Ground. Sejak tahun 2000 obyek ini telah dilengkapi dengan sarana prasarana pengunjung, seperti guest house, visitor center, dermaga, arboretum. Kawasan ini menjadi tempat singgah pendaki sebelum mendaki Gn. Semeru. Saat ini, kawasan Ranu Pani Ranu Regulo juga telah diminati para wisatawan yang sekedar berwisata menikamti panorama danau atau memancing, serta banyak dimanfaatkan sebagai lokasi penelitian, praktek lapang atau praktikum bagi perguruan tinggi yang ada di Jawa Timur. d. Ranu Darungan Danau/Ranu Darungan mempunyai luas sekitar 0,5 Ha, terletak pada ketinggian diatas 750 m dari permukaan laut. Daya tarik Ranu Darungan terutama adalah kekhasan alam yaitu adanya hutan di sekitar danau yang relatif masih terjaga kondisinya. Di Ranu Darungan pengunjung bisa menikmati suasana alam yang tenang dan dapat menyaksikan keanekaragaman flora fauna, termasuk satwa liar yang hidup bebas. Saat ini kawasan Darungan banyak dimanfaatkan sebagai lokasi penelitian (anggrek, dan flora lainnya), praktek lapang atau praktikum bagi perguruan tinggi yang ada sekitar TN.BTS. Obyek Wisata Alam yang Belum Berkembang a. Hutan alam (Ledok Malang - Ireng-ireng) Hutan di sepanjang jalur Ledok Malang - Ireng-ireng merupakan hutan alam tropis yang didominasi oleh tumbuhan sepat, suren, rotan, lianan, piji, bambu, pisang. satwa liar yang dapat dijumpai di blok tersebut adalah jenis burung, macan tutul, babi hutan, rusa, lutung. Sedangkan di Hutan alam sepanjang jalur pendakian (Ranu Pani - Watu Rejeng - Ranu Kumbolo) didominasi oleh tumbuhan sepat, suren, rotan, liana, piji, cemara, senduro, anggrek dan edelweiss. b. Blok Adasan Blok adasan terletak di laut pasir sebelah tenggara ke arah Jemplang. Dinamakan adasan karena merupakan habitat dari adas (Foeniculum vulgare). Hal yang unik dari blok ini adalah proses suksesi dari tumbuhan adas. Di musim kemarau tumbuhan ini sengaja dibakar oleh masyarakat agar muncul permudaan (trubusan) yang lebih baik di musim penghujan. Selain itu penyebarannya berpindah-pindah menurut arah angin yang menyebarkan bijinya. c. Hutan Pananjakan - Dingklik Hutan di Blok Pananjakan - Dingklik merupakan hutan campuran yang didominasi cemara dan akasia decuren, dan tumbuhan daun lebar lainnya. Blok ini merupakan habitat ayam hutan. Selain itu juga terdapat sumber air yang sangat penting bagi masyarakat sekita. 2. POTENSI OBYEK WISATA BUDAYA 1. Pure Agung Poten Pura Agung Poten yang berada di tengeh-tengah Lautan pasir ini merupakan salah satu pusat peribadatan umat Hindu Tengger. 2. Gua Widodaren Gua Widodaren merupakan salah satu tempat penting dalam ritual masyarakat Tengger . Menurut kepercayaan masyarakat Tengger air dari sumber tersebut merupakan air suci yang mutlak diperlukan bagi peribadatan mereka, sebagai contoh adalah upacara pengambilan air suci dari Gua Widodaren (Medhak Tirta) yang dilakukan sebelum Upacara Kasada. 4. Pura/Padanyangan Rondo Kuning Pure ini dibangun pada tahun 1996 dan direhabilitasi tahun 2001 oleh Penggelola Pura Mandara Giri Semeru Agung - Senduro bersama-sama dengan umat Hindu di Ranupani. Pure ini merupakan salah satu lokasi rangkaian upacara ritual Hindu di Ranu Pani berbeda dengan rangkaian upacara di Gunung Bromo, namun pada upacara besar (Kasada) salah satu lokasi pengambilan air suci adalah Ranu Pani. 7. Pure Ngadas Desa Ngadas merupakan enclave TN.BTS. Penduduk asli Ngadas adalah suku Tengger yang mayoritas memeluk agama Hindu. Salah satu tempat peribadatan masyarakat Tengger di Ngadas adalah Pure Ngadas. 8. Vihara Ngadas Selain agama Hindu masyarakat Ngadas juga banyak yang menganut agama lain, salah satu agama yang dianut masyarakat setempat adalah agama Budha dengan aliran Budha Kejawen. Vihara ini merupakan tempat beribadah penganut Budha di Ngadas. Di malam hari dapat didengar lagu pujian terhadap sang Budha .http://www.geocities.com/edisuharto@ymail.com/tengger.swf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar